Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil.*
Hidup adalah anugerah yang patut disyukuri. Mengucap syukur kepada Allah sebagaimana yang Allah kehendaki adalah bentuk mensyukuri anugerah tersebut, tidak sekedar kebaikan yang ditambah dari sisiNya, namun juga dengan bersyukur menjadikan diri di antara hamba yang diridloiNya.
Mengawali hari di pagi hari dengan zikir yang menjadi amalan para nabi adalah di antara bentuk syukur yang utama selain juga di sore hari. Tidak dengan membuat-buat atau melanjutkan secara serampangan amalan terdahulu tanpa ilmu, namun mengikuti petunjuk terbaik berupa amalan dari Nabi adalah yang paling selamat serta inshaaAllah membawa kebaikan dari Allah serta keberkahan.
Sebenarnya, zikir pagi, sebagaimana isinya terdapat do’a-do’a berupa permohonan berdasarkan al-Qur’an dan bimbingan Rasul yang tervalidasi dengan hadits-hadits, tidak hanya mencukupi kebutuhan manusia secara Zahir, namun juga jiwa sampai kepada penangkal sihir yang kini lagi santer diperbincangkan.
Terdapat di antaranya permohonan pertolongan Allah atas orang kafir sebagaimana tercantum dalam akhir Surat al-Baqarah (ayat 286), sampai perlindungan kepada Allah dari tindakan kesewenangan juga memohon kesehatan pada badan, pendengan, penglihatan dan lain sebagainya. Maka mengamalkan Zikir Pagi (juga petang) secara komplit dan mengisi waktu tersebut, yaitu hingga terbitnya matahari dalam bimbingan Rasul adalah bentuk kebaikan selanjutnya dan mengandung berbagai kebaikan-kebaikan.
Sebagaimana terdapat dalam “Hishn al-Muslim min adzkaaril-Kitaab wa Sunnah” atau Kumpulan Do’a dalam al-Qur’an dan Hadits karya Sa’id bin Ali al-Qahthani suatu do’a yang diajarkan oleh beliau sebagai suri teladan paripurna, Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wa sallam yang diamalkan di pagi hari tepatnya setelah terbit fajar atau Shalat Shubuh.
Berdasar pada Hadits Riwayat Ibnu Sunny dalam ‘Amalulyaumi walailati no. 54, Ibnu Majah, no. 925. Sanadnya dihasankan oleh Syu’aib dan Abdul Qadir Al Ar’arnauth dalam Tahqiq Zaadul Ma’aad: 2/375., berikut lafadzh beserta artinya:
“Allahumma innii as’alaku Ilman naafi’an wa rizqon thoyyibah, wa ‘amalan mutaqobbalan”
artinya: “ya Allah sesungguhnya aku meminta kepadaMu ilmu yang bermanfaat, dan rezeki yang baik, serta amalan yang diterima.”
Berbagai tantangan dan kebutuhan manusia yang dicari sepanjang hari tercantum di sana. Ilmu yang bermanfaat baik untuk diri sendiri juga terhadap kehidupan bersama secara lebih luas, rezeki yang baik, serta amalan yang diterima merangkum segala yang diupayakan setiap orang dalam menjalani hari terutama sebagai modal kehidupan abadi di akhirat kelak. Mengamalkannya akan membawa kebaikan sebagaimana permulaan yang baik di pagi hari dengan do’a terbaik tersebut, “inshaaAllah!”
*Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera